Kembali lagi setelah beberapa bulan bolos, pemirsaa. Mood masak saya di trimester ke dua kemarin butul-betul up and down, bisa seharian di dapur kemudian teler dan besoknya mengomel tidak mau masak lagi.
Untungnya karena kami tinggal berdua dan suami saya yang orang jawa yang hanya mengenal 'enak' dan 'enak banget', masalah moody memasak ini tidak terlalu jadi masalah. hampir satu bulan saya sempat mencoba catering rumahan, dengan harga yang murah dibandingkan semua effort memasak sampai bersih-bersihnya sebetulnya menguntungkan juga pake sistem seperti ini. Harganya per paket Rp.40,000 untuk catering satu hari yang cukup untuk berdua sampai bertiga, tidak perlu belanja ke pasar atau panggil abang sayur, tidak perlu motong-motong, giling-giling dan goreng-goreng dan yang paling nikmat adalah tidak perlu sering sering cuci piring! Kalau dihiting biaya totalnya ya kurang lebih sama saja seperti belanja bulanan.
Awalnya menyenangkan, setelah suami berangkat kerja, nyapu-nyapu rumah dikit, solat duha, kemudian duduk manis di depan TV dan datanglah Pak Catering mengetuk pintu.. rantang tiga susun pun datang dengan menu lauk utama, pendamping dan sayuran. saya tinggal siapkan nasi hangat dan piring kosong. Di masa itu catering sangat mendukung bawaan hamil saya yang malas dan lemasnya luar biasa. Suami saya awalnya juga santai saja, tapi lama-lama memang kelihatan bosan juga. Kalau tidak sedang kelaparan pasti menolak diambilkan makan.
Kami sempat liburan ke jakarta sekitar sepuluh hari, beruntung sekali sekembalinya ke Balikpapan semangat masak kembali menggebu seiring dengan bersemangatnya beres-beres rumah, mungkin ini nesting instinct mau menyambut kelahiran adik bayi :D
Setiap orang pasti punya referensi masak favorit, dari ibu sendiri, majalah, tabloid dan sekarang yang paling mudah adalah dari blogger. Saya sendiri sejak menikah masih mencari pattern gaya memasak dan pemilihan menu sehari-hari. Dulu saya sempat bikin catering iseng-iseng untuk teman-teman di kantor, resepnya berkiblat ke Resep Nugraha, sampai sekarang masih suka buka juga sih. tapi memang menyiapkan makanan sehari-hari untuk keluarga itu beda ya.. uang belanja harus cukup, gizi harus lengkap dan challenge terpenting adalah untuk tidak membuat yang makan menjadi bosan. What a job!
Ketika baru pindah ke Balikpapan sambil menunggu approval rumah saya nge-kost selama satu bulan, memasak harus sangat efisien karena kulkas dan dapurnya sharing. Setelah tinggal di rumah mulai banyak stock barang di kulkas, sudah bisa coba coba tetapi tetap belum bisa aneh-aneh karena morning sickness. Tetapi intinya saya memang malas masak ribet, salut untuk yang bisa memaksimalkan waktunya untuk mencoba resep baru apalagi sampai konsisten posting di blog setidaknya seminggu sekali *sungkem*
Makin kesini saya makin memahami selera makanan suami, saya yang padang tulen tentunya perlu adjustment untuk menyediakan makanan bagi Jawa tulen. Culture masak dan makan ketika di rumah pun tidak bisa begitu saja plek ketiplek diterapkan di keluarga baru kami, bisa bisa suami saya diare karena setiap hari makan cabe hahahaha.. Ternyata benar yang kalau orang bilang menikah adalah hidup yang sebenarnya karena kita menerapkan fungsi manajemen di hal yang paling basic, dan ini baru soal perut saja.
Saya mencoba menerapkan sistem yang rapi dalam hal ini karena tidak ingin lifestyle rumah tangganya sembrono. Waktu awal menikah semua resep ingin dicoba, semuanya ingin dibeli, tapi weekend malah malas memasak dan selalu dine out. Seperti Ligwina Hananto bilang, gaji orang bisa beda tapi kalau sisanya beda berarti mesti di cek lagi ada apa dengan keuangan kita. Jleb ya pemirsa..
Saat ini untuk belanja bahan makanan atau grocery shopping ini yang coba saya terapkan:
1. Belanja dalam rentang waktu mingguan (karena kalau bulanan biasanya entah basi duluan atau habis duluan.
2. Tentukan mau masak apa untuk seminggu ini. Biasanya memang tidak semuanya terealisasi, tapi lebih baik daripada clueless di pasar yang berujung pada belanja berlebih tetapi tetap ada detail bahan makanan yang kurang
3. Tentukan budget mingguan dan bagi sesuai kebutuhan, misalnya:
Budget: Rp. 150.000
- Lauk (Ikan, Ayam, Daging, Seafood, Tahu Tempe atau Telur?). Saya mulai membatasi belanja lauk
maksimal dua macam hewani, sedangkan Tahu Tempe Telur menjadi barang wajib yang ada setiap minggu..in case of emergency mendoan or ceplok will always work, right?
Di Balikpapan yang lokasinya di pinggir laut tentunya seafood melimpah, tetapi percayalah pemirsa, memasak semua bahan selang seling setiap hari berturut turut bisa membuat bosan. Ada hari-hari dimana kita hanya ingin nasi putih dan tumisan sayur segar.
Untuk berdua biasanya dua macam lauk nabati cukup 50-60.000, Telur 15.000, Tahu Tempe 10.000. Totalnya Rp. 85.000
- Sayur Mayur
Saya suka berbelanja sayur di kios yang one stop shopping, lengkap dari bawang bawangan, sayur hijau hingga bumbu dapur, jadi tidak perlu modar mandir. kalau sudah selesai dan bawaannya berat ya titip dulu dong kakaak..
Saya biasa memulai dari yang basic terlebih dahulu, tanpa mereka kita mau masak apa.. (saelah :))
Jadi ya diambil aja cabe merah, cabe hijau, bawang merah, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, idealnya masing masing 100gr tapi disesuaikan juga dengan kebutuhan. Indonesia kaya akan bumbu dapur, hanya mengeluarkan uang 2000 sudah dapat herbs daun dan segepok akar-akaran kunyit jahe dan teman-temannya.
Jika memang sedang tak ada ide sama sekali mau masak apa ya beli aja sayuran yang kita suka dan paling sering dijadikan olahan, kangkung bayam never fail..jagung, wortel, buncis, terong, labu siam, atau kalau nemu yang aneh seperti kecipir, bunga pepaya, daun pakis, mangga muda, dicoba aja, asal bukan talenan masih bisa dimasak kan :)))
Budget yang ini nih yang suka membengkak, saya tak tahan melihat paprika ranum, jamur tiram yang cantik ataupun wortel impor yang gempal, harganya agak mahal dan ujung-ujungnya lupa dimasak, seminggu saja sudah mengkerut deh :(
Tetapi standarnya Rp.65.000 cukup kok
-Bumbu dan pelengkap
Kalau suka masakan stir fry dan gaya memasaknya cenderung ke chinese food tentunya berbagai macam saus dan kecap tak bisa di-skip. Tetapi bahan-bahan ini tahan lama sekali, bisa lebih dari sebulan. Dari minyak wijen, saus tiram, kecap asin, kecap manis, kecap inggris, saus sambal dll bisa dimasukan ke budget bulanan.
Jadi sebenarnya 150.000 saja sudah cukup untuk belanja mingguan yang basic. Kalau ada pilihan yang lebih murah dan praktis bisa juga dikombinasikan dengan supermarket, ayam potong dan daging giling bisa lebih nyaman dibeli di supermarket apalagi kalau belanjanya di malam hari ketika sudah masuk jam diskon :)
Untuk referensi masakan, di blogroll sebelah kanan sini berderet list
cooking mama yang bisa dicoba resepnya. Saya sendiri sedang rajin mampir ke blognya
Mbak Diah Didi dan
Mbak Endang dari Just Try and Taste. Mbak Diah Didi ini rajin sekali meng
update blognya, bisa dibilang hampir setiap hari..tobat deh! Masakannya adalah masakan sehari-hari yang bisa dibuat oleh siapapun. Sedangkan Mba Endang resepnya unik tetapi mudah dipraktekan, sebelum memasak biasanya Mbak Endang melakukan riset terlebih dahulu kemudian mengujinya di dapur, beberapa resepnya perlu diberi label '
recipe to impress' karena mudah tetapi mengejutkan kok bisa ya betulan enak, itu saya buktikan waktu membuat kungpao chicken. yang paling penting resepnya itu
real, cara membuatnya jelas dalam foto step by step sehingga bisa faktor kegagalannya lebih kecil,
I really adore them.
Sekarang kegiatan memasak sudah mulai menyenangkan untuk saya, prosesnya bisa sangat dinikmati karena sudah mengerti beberapa teknik, dan tentunya pujian orang tersayang menjadi penyemangat yang luar biasa.
Well, saya masih suka
dine out untuk mengobati
craving makanan yang aneh-aneh tetapi karena sudah banyak melihat blogger yang membuat jajanan
home made saya jadi ter-
challenge untuk bisa buat sendiri, di beberapa masakan,
homemade adalah juaranya. Saya yang amatiran saja bisa termehek-mehek nyemilin kulit pizza buatan sendiri :))